
Pernahkah kamu melihat pemain yang mendadak meninggalkan permainan setelah marah di dalam game. Perilaku seperti ini tidak jarang terjadi tergantung situasi game yang ada. Dalam game kompetitif dan esports, perilaku seperti ini mempunyai istilah yang cukup familier di kalangan pemain.
Istilah ini adalah rage quit yang berarti kemarahan dan keluar. Artinya ini ditujukan kepada pemain-pemain yang tidak puas dan marah akan apa yang terjadi di dalam game. Saking marahnya, mereka tak ingin melanjutkan permainan. Akibatnya, mereka meninggalkan permainan yang sedang berjalan atau masih berlangsung.
Banyak hal yang membuat lawan melakukan rage quit, tapi biasanya karena lawan tersebut frustasi karena kalah, gagal, atau mati berkali-kali. Rage quit menandakan bahwa secara mental lawan tersebut sudah termakan amarah dan tidak ingin lagi melanjutkan permainan. Secara sistem, ini memang bukan tanda resmi bahwa kamu sudah memenangkan pertandingan. Tapi sebenarnya kamu sudah berhasil menghancurkan mental lawan. Jika kamu bermain di turnamen dan harus menghadapi lawan yang sama di game berikutnya, kamu mungkin punya keunggulan dari segi mentalitas ini.

Di luar permainan dan ranah turnamen, sikap ini sangat tidak pantas ditunjukkan bagi para pemain karena dampak yang dihasilkan. Kalau kamu bermain di game berbasis tim, rage quit berarti meninggalkan rekan setim kamu di permainan, membuat mereka harus melakoni game yang jauh lebih sulit. Karena dampak negatif tersebut, developer game juga melarang tindakan ini dilakukan dan bahkan tak segan-segan melakukan ban terhadap pemain yang melakukan rage quit.
Kalau kamu pernah melakukan hal ini, sebaiknya mulai berhenti agar tidak berdampak buruk bagi orang lain dan kamu sendiri. Tentu saja, memainkan game dengan mood positif akan membantu dalam memenangkan pertandingan