
Siapa yang nyangka kalau anime tentang cewek-cewek moe dengan telinga dan ekor kuda bisa bikin orang peduli sama sejarah pacuan kuda? Kedengarannya aneh, tapi itulah yang dilakukan Uma Musume: Pretty Derby. Di saat banyak orang mungkin nggak pernah nonton balap kuda sekalipun, anime ini justru bikin nama-nama kayak Tokai Teio atau Mejiro McQueen jadi bahan obrolan di fandom, bahkan jadi meme dan fanart.
Apa rahasianya? Sederhana: Uma Musume ngasih kita cara baru buat ngelihat hal lama. Lewat cerita yang emosional, desain karakter yang imut, dan drama khas anime, kita jadi ngeh, oh ternyata, di balik seekor kuda balap, ada kisah perjuangan, kegagalan, dan kemenangan. Dan dari situ, kita belajar satu hal penting: di era sekarang, cara terbaik buat bikin orang peduli adalah lewat IP (Intellectual Property) yang dikemas menarik.
IP sebagai Alat Pembingkai Emosi dan Identitas Budaya

Kalau biasanya kita dengar istilah “IP” dalam konteks hukum atau lisensi, sekarang IP udah jadi senjata andalan industri kreatif. Intinya, IP adalah ketika kamu punya satu ide (misalnya: balap kuda), lalu kamu bungkus ulang jadi karakter, cerita, merchandise, dan pengalaman emosional yang bisa dikonsumsi banyak orang.
Studi dari Journal of Marketing Research bilang, orang jauh lebih tertarik dan loyal ke IP yang punya cerita kuat dan emosional. Jadi bukan sekadar produk atau brand, tapi kayak punya hubungan pribadi. Itulah kenapa Tokai Teio di Uma Musume nggak cuma dikenal sebagai kuda legendaris, tapi jadi karakter yang bikin kita nangis pas dia cedera dan semangat lagi buat balapan.
Alih-alih ngajarin sejarah balap kuda pake timeline dan angka, Uma Musume ngajak kita merasakan apa yang dirasain si Teio waktu dia gagal, waktu dia bangkit, dan waktu dia akhirnya menang. Dan itu jauh lebih berkesan dibanding catatan di buku sejarah.
Dari Jepang ke Indonesia: Pacuan Kuda Mulai Bertransformasi

Kalau kamu pikir ini cuma terjadi di Jepang, coba lihat apa yang lagi terjadi di Indonesia. Tahun 2025 ini, dunia pacuan kuda lokal mulai berbenah. Lewat event besar kayak Indonesia Horse Racing 2025, PP Pordasi dan Sarga.co mulai nge-branding ulang pacuan kuda jadi lebih modern, lebih stylish, dan pastinya lebih “pop”.
Event-nya nggak cuma soal balapan doang. Ada teaser sinematik di TikTok, ada sistem tiket online, ada branding visual kayak launching film atau konser idol group. Bahkan untuk Indonesia Derby – Triple Crown 2025 yang digelar di Yogyakarta, mereka bikin video cinematic “A New Star Will Rise” yang vibes-nya kayak opening anime. Juara event itu, King Argentine, langsung jadi bahan omongan.
Ini semua bukan kebetulan. Ini adalah usaha sadar buat bikin olahraga yang dulu dianggap “bapak-bapak banget” jadi sesuatu yang keren, relate, dan bisa viral. Dan cara paling ampuh buat ngelakuin itu? Ya, bener lagi: IP dan storytelling.
IP, Media Sosial, dan Strategi Memenangkan Perhatian Publik

Di zaman sekarang, orang lebih gampang peduli kalau dikasih cerita. Bukan data, bukan ajakan serius. Cerita. Itu yang bikin IP jadi alat paling sakti di dunia digital. Laporan dari Intellectual Property Office UK (2024) bilang, IP yang punya narasi sentimental lebih gampang viral dan bertahan lama di kepala orang. Apalagi kalau udah masuk ke ranah media sosial.
Lihat aja gimana Uma Musume bisa hidup di luar anime-nya. Ada game, ada konten TikTok, ada VTuber, ada event kolaborasi. Semua itu bikin orang merasa deket. Di Indonesia pun sekarang mulai terasa: pacuan kuda yang dulunya cuma ada di brosur kalender, sekarang muncul di Reels dan TikTok dengan angle sinematik dan vibe anak muda.
IP bikin dunia lama jadi kelihatan baru. Bikin hal yang tadinya “nggak relevan” jadi asik, estetik, dan bahkan menyentuh.
IP Adalah Bahasa Baru untuk Menyentuh dan Mengubah Dunia

Akhirnya, Uma Musume ngajarin kita satu hal besar: kalau mau bikin orang peduli, kita harus kasih mereka cerita yang bisa mereka rasain. Mau itu soal kuda balap, sejarah, sains, atau budaya lokal, semua bisa jadi menarik kalau dibungkus sebagai IP yang kuat. Yang punya karakter. Yang punya drama. Yang punya nilai.
Indonesia pun sebenarnya udah mulai bergerak ke arah sana. Pacuan kuda jadi makin keren. Event-nya makin rapi, makin niat. Yang perlu kita lakukan adalah terus dorong pendekatan IP kayak gini ke bidang lain juga. Sejarah lokal? Bisa. Cerita rakyat? Apalagi. Bahkan hal-hal kayak pertanian atau teknologi bisa viral kalau dikasih narasi yang menyentuh dan visual yang engaging.
Karena di dunia sekarang, bikin orang tahu itu nggak cukup. Yang penting itu bikin orang peduli. Dan kalau ada satu hal yang bisa melakukannya dengan cepat, luas, dan dalam, ya itu adalah IP.