
Turnamen puncak untuk sirkuit esports Street Fighter 6 akan dimulai di bulan Maret 2026 nanti. Pemain-pemain terbaik dari seluruh dunia akan menyaksikan siapa yang akan jadi pemain Street Fighter 6 terbaik untuk tahun 2025. Sayangnya, untuk menjadi saksi, kamu harus membayar uang yang tidak sedikit ke Capcom.
Tanggal 28 September 2025 lalu, Capcom mengumumkan harga tiket untuk menyaksikan Capcom Cup. Tentu saja, membayar tiket untuk menyaksikan Capcom Cup di venue di Jepang tidak gratis. Buat yang tidak bisa terbang ke Jepang, opsinya tentu saja nonton online. Namun untuk bisa nonton keseluruhan livestream, kamu harus membayar sebesar JPY6000 atau sekitar Rp670.000. Kalau tidak membayar, kamu tidak akan bisa menonton Capcom Cup sama sekali.
Pengumuman ini tentu saja menuai reaksi negatif untuk penggemar di negara-negara barat. Banyak yang mengeluhkan bahwa Capcom Cup harusnya tidak pernah jadi konten pay per view alias gratis. Banyak juga yang mengeluhkan bahwa harga untuk akses PPV tersebut terlalu mahal. Kalau dikonversi, harga akses PPV untuk Capcom Cup adalah kurang lebih US$40, mirip dengan harga banyak game AA di Steam.
Kalau mengikuti perkembangan scene esports Street Fighter 6 dalam beberapa bulan terakhir, keputusan PPV ini sebenarnya tidak mengejutkan. Street Fighter League Japan 2025, liga regular untuk Jepang, punya kebijakan restream atau watch party yang sangat ketat. Streamer yang ingin nonton bareng SFL 2025 hanya bisa memperlihatkan timer pertandingan selama pertandingan berlangsung. Jadi kalau mau nonton bareng, kamu harus nonton live stream resminya sambil membuka channel streamer favoritmu.
Kebijakan yang ketat tersebut sudah jadi tanda bahwa suatu waktu Capcom akan mencoba mengimplementasikan model PPV di masa depan. Namun mungkin tidak ada yang menyangka kalau keputusan tersebut diimplementasi di turnamen puncak yaitu Capcom Cup.
Mencoba Model Revenue Baru
Dalam beberapa bulan terakhir, tidak bisa dipungkiri bahwa esports jadi industri yang tidak menarik. Setelah pengeluaran dan investasi yang besar, banyak tim, organisasi, dan pemain yang tidak mendapatkan profit secara finansial.
Model di mana mendapatkan audiens sebanyak mungkin kemudian mengajak audiens tersebut membeli produk ternyata tidak membuahkan hasil. Banyak penggemar menikmati konten esports, tapi tidak memberikan dukungan yang cukup ke tim, pemain, atau penyelenggara turnamen. Satu-satunya pihak yang mendapatkan profit adalah developer yang berusaha membantu tim dan organisasi mendapatkan benefit. Scene seperti VALORANT dan Dota 2 misalnya, punya aksesoris dan kosmetik dengan brand tim yang ikut sirkuit esports yang sedang berjalan. Sebagian hasil penjualannya tentu saja akan diberikan ke tim yang bersangkutan.
Namun satu model saja tidak cukup, dan kita belum tahu apakah model tersebut sukses dan bisa berlangsung lama. Karena itu eksperimen seperti PPV ini bisa dibilang akan terjadi cepat atau lambat. Pertanyaannya tentu saja untuk Street Fighter 6 yang sangat besar di Jepang, apakah ini akan berbuah manis, atau Capcom harus kembali memutar otak di musim berikutnya?